Langsung ke konten utama

Profesi Petani Terlupakan Tetapi di Butuhkan

Saat petani bicara politik mungkin terlihat aneh, karena akan dibilang tidak kompeten dalam bidang tersebut.

Dikatakan aneh karena saat banyak orang berdemo jika harga beras dan semua hasil pertanian TIDAK BOLEH MAHAL, sehingga masyarakat yang bukan petani bisa dengan mudah membelinya. Namun jika harga hasil pertanian sangat murah, kemudian tidak ada yang mau jadi petani, dan akhirnya bahan pokok (hasil pertanian) harus impor, harganya menjadi lebih mahal lagi. Dan yang pasti pemerintah akan disalahkan lagi oleh warganya.

Jika kita membuat suatu produk, pasti kita menginginkan harga yang bisa menguntungkan. Begitupun juga dengan petani, mereka juga ingin untung. Namun apa daya, disaat mereka panen justru harganya dipermainkan menjadi sangat murah padahal mereka sudah keluar banyak modal dalam usaha memenuhi kebutuhan kita semua. Sedangkan kita yang bukan petani pasti ingin membeli harga beras dan produk petani dengan harga yang murah. Memang sungguh dilematis buat petani dan juga pemerintah.
Tapi petani bisa memaklumi itu karena kita tidak pernah merasakan jadi petani, berangkat pagi nyangkul di sawah, kepanasan, kehujanan, dan menghabiskan semua energi di sawah.
Lelahnya tubuh para petani belum selesai karena harus memikirkan harga pupuk yang harus kita beli dengan harga mahal.
Tapi apa yang terjadi, begitu padi dipanen, kemudian dijemur selama berhari-hari, serta dibersihkan hingga menjadi gabah kering, tapi begitu dijual, HARGANYA BEGITU MURAH!!!

Buat kitaa yang tidak pernah merasakan susah payah nyangkul, menyemai, menanam, merawat, memberi pupuk, membersihkan rumput pengganggu padi, hingga mengobati serangan hama dan lainya, pastilah hanya berharap bahwa HARGA BERAS HARUS MURAH.
petani tidak menyalahkan kita, karena siapapun kitaa pasti akan berbahagia menikmati BERAS MURAH, CABE MURAH, dan semua produk-produk murah lainnya dari produk pertanian.
Tapi yakinlah, saat kita tersenyum bahagia, ada keringat para petani dan kemiskinan petani yang tidak bisa berbahagia seperti saat kita membeli beras murah.

Sebenarnya jika petani boleh bermimpi dan bisa berdemo seperti para karyawan pabrik atau pegawai negeri sipil di Republik Indonesia ini, para petani akan menduduki senayan supaya bisa mendapatkan penghidupan yang lebih layak dan tidak selalu menjadi profesi yang selalu diinjak-injak.
Jika bicara Idealisme, Inilah keinginan para petani yang saya pastikan tidak akan mungkin bisa dipenuhi.
Petani ingin sekali merasakan semua harga petani itu dijual dengan harga TINGGI. Kemudian kita pasti bertanya, jika harga produk petani tinggi, maka kasihan rakyat miskin yang tidak mampu membeli?!
Pertanyaan kita sebenarnya bisa dijawab dengan sederhana, setinggi apapun harga sebuah produk, selama masyarakatnya sejahtera dan mampu membeli, tentunya itu tidak masalah bukan?
Sehingga jika kondisi bisa tercipta seperti itu tadi, maka petani senang, warga juga ikut senang karena walau mahal mereka mampu membeli.
Tapi itu semua hanya pada sebatas teori, karena banyak Pemimpin di negeri ini hingga detik ini belum bisa menjadikan rakyatnya menjadi masyarakat dengan kesejahteraan dan pendapatan serta daya beli yang tinggi. Petani akan tetap dijadikan “TUMBAL” kebijakan di negeri ini. Belum lagi masalah-masalah lain di negeri ini yang pejabatnya seolah bekerja hanya asal dan tidak mau mendidik petani.
Petani seolah dibuat bodoh supaya tidak mampu menghasilkan produk pertanian terbaik sehingga bisa dijadikan alasan untuk bisa mengeluarkan kebijakan IMPORT produk pertanian.

Apalagi di musim kampanye, saya bisa memastikan semua calon pemimpin daerah atau negara akan berkata jika mereka peduli dengan petani. Tapi selamanya saya tidak akan pernah percaya karena siklus bidang pertanian ini adalah siklus yang selamanya tidak terpecahkan.
Selama tingkat kesejahteraan rata-rata penduduk Indonesia masih pas-pasan, maka selamanya pula profesi dan produk petani yang akan terus ditekan untuk supaya tetap dijual MURAH dan MURAH.

Petani, begitulah nasibmu kini. Dirimu memang orang kecil dan selalu dimanfaatkan untuk mendulang suara, dan kemudian diinjak-injak oleh politikus. Tapi yakinlah, jasamu yang memberikan kehidupan untuk seluruh masyarakat di seluruh negeri akan tetap kami catat sebagai kebaikan bagi kami.
Jika PNS turun gaji atau tidak pernah naik gaji, mereka pasti akan demo dan mogok bekerja dengan alasan merasa tidak dihargai.
Tapi para petani, semurah apapun harga beras dan produk petani lainnya, petani tetap akan menanam padi, menanam cabai dan semua produk pertanian lainnya. Hal itu karena petani tahu bahwa petani bekerja tidak hanya mencari materi.
Terakhir saya hanya ingin katakan sesuai judul bahwa “Mana yang Murni Peduli dengan Nasib dan Kesejahteraan Petani, kecuali Petani itu sendiri.”
Buruh, PNS dan Profesi lainya selalu minta naik gaji dan tunjangan. Mereka juga selalu MINTA SUPAYA HARGA SEMBAKO (Produk Petani) HARUS MURAH. Jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. MEREKA DEMO HABIS-HABISAN.
Bahkan ada juga yang berkampanye jika mereka terpilih harga sembako (kebutuhan petani) akan murah. Jika harga SEMBAKO (Produk Petani) MURAH, Para Buruh dan PNS juga profesi lainya TERTAWA BAHAGIA.
Tapi yakinlah bahwa ADA PETANI YANG SELALU MENDERITA.
Tapi walaupun PETANI tidak pernah mendapatkan gaji, mereka tidak BERDEMO dan tetap giat bekerja ke sawah, mencangkul, menyemai, dan semua aktivitas kerja mereka yang menguras keringat dan tenaga mereka untuk menghasilkan Padi dan semua kebutuhan masyarakat Indonesia.

Itu kenapa hampir 99,99% anak petani tidak mau melanjutkan profesi petani kecuali untuk petani yang kaya raya yang memiliki berhektar-hektar lahan. Media juga seolah tidak peduli dan terlalu sibuk membuat pemberitaan politik, korupsi dan korupsi.
Kenyataannya memang hanya PETANI sendirilah yang HARUS peduli dengan profesinya sendiri.
Walau saya terkadang saat ini masih ingin sebagai seorang petani, tapi kenyataanya pendapatan yang lebih banyak pasti didapat dari pekerjaan di bidang lain.

Terimakasih kami untuk para Petani...
Terimakasih wahai Pahlawan Pangan Internasional...

#putraRahman
#petaniGowa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Pertanian Organik dan Konvensional

Pertanian Organik dan konvensional Pada dasarnya kedua sistem pertanian ini menggunakan teknik sama, namun yang membedakan adalah penggunaan bahan untuk membantu proses pertumbuhan dan hasil tanaman. Apabila dengan sistem organik bahan-bahan yang digunakan relatif aman karena berbahan dasar dari alam sedangkan sistem konvensional lebih cenderung menggunakan bahan-bahan kimia untuk mempercepat proses panen tanaman. Hal tersebut adalah perbedaan utama dari sistem pertanian organik dan konvensional. Adapun secara lebih spesifik lagi, perbedaan dua sistem pertanian ini bisa dilihat dari dua aspek yaitu kelanjutan ekosistem dan hasil. Adapun untuk kelanjutan ekosistem, perbedaan antara dua sistem pertanian ini tampak dalam: Prioritas, apabila konvensional lebih mengutamakan kuantitas produksi tanaman sedangkan organik lebih cenderung memperhatikan kestabilan ekosistem dan keseimbangan unsur-unsur dalam tanah, Sifat, dalam sistem organik keharmonisan antara ekosistem dan tanaman alami se...

Ratusan Mahasiswa Polbangtan Gowa Study Pertanian di Desa Kanreapia Tombolo Pao Gowa

  Sekitar 245 Mahasiswa Tk. I dan II program studi D-IV Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa melaksanakan kunjungan praktik lapangan di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao Malino Kabupaten Gowa (19/06).

Lahan Pertanian Kanreapia Jadi Tempat Belajar Pemuda Bine

  Beberapa tahun terakhir lahan pertanian Kanreapia menjadi kunjungan study pertanian, lahan - lahan pertanian menjadi tempat belajar, tempat diskusi dan jelajah desa Kanreapia