Kabupaten Gowa secara geografis dan astronomis dianugerahi wilayah yang beriklim tropis dengan curah hujan dan penyinaran matahari yang ideal untuk pertanian. Sejak dahulu, Kabupaten Gowa dikenal sebagai daerah pertanian hingga sekarang ini. Seiring dengan perubahan peradaban dan teknologi serta berbagai perkembangan di dunia pertanian, secara bertahap pola pertanian di Kabupaten Gowa juga terseret ke dalam perubahan tersebut.
Mulai dari perubahan pola tanam, teknologi bercocok tanam hingga aspek-aspek produksi pertanian lainnya, bahkan sampai kepada varietas tanaman yang dibudidayakan.
Dari berbagai perkembangan pertanian, segala macam sistem dan pola pertanian yang pernah diprogramkan Lembaga Gapoktan Butta Gowa, ternyata tidak saja memberi dampak positif kepada petani yang melaksanakan namun juga meninggalkan efek negatif kepada petani dan juga lahan pertanian yang diusahakan oleh petani itu sendiri.
Setelah melalui berbagai pengkajian dan pendalaman, akhirnya timbul pemikiran dan keinginan untuk berubah.
Sebuah keinginan untuk kembali kepada alam (back to nature) dan kembali melaksanakan pola pertanian yang selaras dengan alam.
Mengapa pola pertanian yang selaras dengan alam?
Ternyata, pola pertanian yang selama ini diterapkan seperti bercocok tanam dengan menggunakan pupuk kimia buatan dan bahan-bahan kimia buatan lainnya sebagai fungisida, pestisida, maupun insektisida memberikan pengaruh buruk terhadap petani dan lingkungan, selain tujuan yang diharapkan dari pemakaian bahan-bahan itu sendiri.
Pola pertanian yang selaras dengan alam inilah yang disebut dengan pertanian organik.
Dari perspektif lingkungan, sosial dan ekonomi, Gowa Go Organik adalah sebuah gagasan yang cemerlang dan berani ditengah-tengah keengganan petani dan pelaku petanian menerapkan pola organik.
Para pakar mengemukakan gagasan mengenai pertanian berkelanjutan. Urusan pangan bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan. Bukan hanya untuk kita tetapi juga untuk anak cucu kita. Food and Agriculture Organization (FAO, 1989) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai manajemen dan konservasi basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial.
Pertanian berkelanjutan ini tidak lepas dari pemanfaatan teknologi. Tiga pilar pertanian berkelanjutan antara lain; dimensi Sosial, dimensi Ekonomi dan dimensi Ekologi. Selain dimensi tersebut penting untuk mengaplikasikan teknologi yang berkaitan langsung dengan bidang pertanian maupun bidang lain. Teknologi ini harus mampu memacu peningkatan nilai tambah (value added), daya saing (competitiveness), dan keuntungan (profit/benefit) produk pertanian.
era industrialisasi global sekitar abad ke-18, peningkatan bahan pangan yang digenjot habis-habisan ini menyisakan masalah baru. Penggunaan teknologi saat itu masih menyisakan kesedihan kepada perubahan sosial, ekonomi dan ekologi saat ini. Penerapan teknologi pertanian konvensional yang membahana menyebabkan ketergantungan petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Pelaksanaan budidaya yang kurang memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup. Bahkan hitung-hitungan yang rasional terhadap pembelajaan sarana produksi pertanian tidak dihitung sebagai rugi laba.
Beberapa fakta yang bisa ditemui saat ini berkaitan dengan gagalnya pertanian konvensional antara lain ;
1. Penurunan tingkat kesuburan tanah
2. Hilangnya bahan organik dalam tanah
3. Erosi dan sedimentasi tanah
4. Pencemaran tanah dan air akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan
5. Residu pestisida dan bahan berbahaya lainnya
7. Berkurangnya luas lahan karena beralih fungsi jadi tempat industri, dll
#petaniGowa
Komentar
Posting Komentar