Langsung ke konten utama

Petani Naik Kelas dari Sistem Anorganik Ke Organik

PETANI HARUS NAIK KELAS

Petani membutuhkan transisi dari sebuah perjalanan panjang, perjalanan dari system pertanian Anorganik menuju pertanian Organik. Agar petani bisa lebih berkualitas menghasilkan pangan, dari hasil budidaya lahirlah makanan yang akhirnya di konsumsi oleh Manusia.

Coba sejenak kita berfikir bahwa dari tangan dan keringat petani akhirnya lahirlah makanan yang di konsumsi masyarakat baik di Pedesaan maupun di Perkotaan. Dari proses tersebut tentu kita membutuhkan cara kelola yang lebih sehat dan menyehatkan.

Semua manusia tentu saja mendambakan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, salah satunya adalah mengatur pola makan dan tentu saja memperhatikan makanan yang akan di konsumsi. Pertanian organic adalah sebuah keharusan, agar petani bisa naik kelas, pola pikir petani mengubah system juga harus dibenahi, karena hasil dari proses organik tidak kalah hebat ketimbang system anOrganik.

Petani harus mampu melahirkan pangan dengan memperhatikan kualitas, kuantitas dan kontiyuitas. Yakni kualitas hasil panen, banyaknya hasil panen dan keberlanjutan pertanian.

Tentu semuanya akan bertanya kenapa mesti organic sedangkan system hari ini sudah menjadi kebiasaan turun temurun, alasannya adalah banyak kebiasaan – kebiasan petani yang tidak memperhatikan keselamatan kerja yakni saat petani menyemprot mereka tidak mengunakan pengaman baik masker maupun kaos tangan.

Masih banyak petani yang berani menyemprot sambil merokok, masih banyak petani yang makan di kebun tanpa cuci tangan tanpa menggunakan sabun. Sehingga jika bukan produk organic tentu saja sangat berbahaya bagi kesehatan petani. Ini baru berbicara satu sisi kesehatan pada sector pertanian, masih banyak dampak dan pengaruh yang akan ditimbulkan jika Petani tidak menjadi Petani Organik, jadi dapat di bandingkan sendiri akan besar dampak dan manfaatnya jika bukan menjadi Petani Organik. Tanah, Udara, Air, Lingkungan dan keberlanjutan Pertanian akan menjadi dampak tercemarinya ruang lingkup kehidupan.

Ekosistem dan rantai makanan akan terputus karena pengaruh dari dampak anorganik. Saat ini telah banyak masyarakat petani yang mengeluhkan kondisi tanah mereka, mereka mengatakan tanah mereka sudah tidak sesubur dulu, hasil pertanian menjadi menurun karena unsure tanah mulai menurun. Petani juga mulai mengeluhkan adanya penyakit – penyakit baru yang sebelumnya penyakit tersebut tidak pernah di temui.

Petani juga mengeluhkan pemasaran hasil pertanian mereka karena hasil pertanian hanya hanya bisa dipasarkan secara local, hasil pertanian tersebut susah tembus atau masuk ke pasar modern apalagi dikirim keluar negeri. Keluhan – keluhan tersebut menjadi dasar dan acuan yang seharusnya segera membutuhkan perhatian serius agar petani bisa naik kelas sebab pertanian bukan hanya sekali panen tetapi akan diwariskan kepada generasi selanjunya, Yang menjadi pertanyaan juga adalah manusia semakin tahun semakin bertambah sehingga semuanya membutuhkan kebutuhan konsumsi artinya adalah jika bukan pertanian organic tentu pertanian akan susah diwariskan.

Manusia bertambah sedangkan lahan tidak bertambah, sehingga jika lahan tidak produktif lagi mau makan apa kita, mau makan apa generasi selanjunya, mau makan apa orang – orang di kota. Inilah yang berbeda dengan system pertanian organic, pertanian organic, mempunyai manfaat selain mengandung Zat Pengatur Tumbuh juga bisa menyuburkan tanah karena bahan bakunya berasal dari kotoran hewan, urin hewan maupun tumbuh – tumbuhan.

Perlu di ketahui bahwa Pertanian organic, dan hasilnya di konsumsi oleh orang – orang tertentu (pejabat) artinya hasil pertanian organic lebih mahal harganya ketimbang Anorganik. Pertanian organic tidak mencemari lingkungan, ekosistem keragaman hayati tetap terjaga. Analisa pertanyaanya adalah kira – kira yang memproduksi produk – produk anorganik (kimia) apakah DIREKTUR-nya masih mau mengkonsumsi hasil dari produknya sendiri, Mereka membuatkan petani bahan kimia, tetapi jika sudah panen apakah mereka masih mau mengkonsumsinya. Petani harus cerdas dan naik kelas, karena bisa jadi kita hanya menjadi lahan pemasaran produk – produk anorganik, tetapi pada saat petani panen hasil pertanian mereka sudah kesulitan  memasarkannya.

Kelemahan – kelemahan system anorganic inilah yang harus segera di sadari oleh masyarakat petani, sehingga petani tidak boleh larut dalam ketidaktahuan, petani harus bisa keluar dan segera menuju titik – titik pertanian yang lebih sehat, karena mengubah system bukan hal sulit petani cukup mengganti produk. Petani mengganti produk, itulah jalan yang terbaik, menuju petani yang sehat, cerdas dan pertanian mereka bisa di wariskan.

#PetaniGowa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Pertanian Organik dan Konvensional

Pertanian Organik dan konvensional Pada dasarnya kedua sistem pertanian ini menggunakan teknik sama, namun yang membedakan adalah penggunaan bahan untuk membantu proses pertumbuhan dan hasil tanaman. Apabila dengan sistem organik bahan-bahan yang digunakan relatif aman karena berbahan dasar dari alam sedangkan sistem konvensional lebih cenderung menggunakan bahan-bahan kimia untuk mempercepat proses panen tanaman. Hal tersebut adalah perbedaan utama dari sistem pertanian organik dan konvensional. Adapun secara lebih spesifik lagi, perbedaan dua sistem pertanian ini bisa dilihat dari dua aspek yaitu kelanjutan ekosistem dan hasil. Adapun untuk kelanjutan ekosistem, perbedaan antara dua sistem pertanian ini tampak dalam: Prioritas, apabila konvensional lebih mengutamakan kuantitas produksi tanaman sedangkan organik lebih cenderung memperhatikan kestabilan ekosistem dan keseimbangan unsur-unsur dalam tanah, Sifat, dalam sistem organik keharmonisan antara ekosistem dan tanaman alami se...

Lahan Pertanian Kanreapia Jadi Tempat Belajar Pemuda Bine

  Beberapa tahun terakhir lahan pertanian Kanreapia menjadi kunjungan study pertanian, lahan - lahan pertanian menjadi tempat belajar, tempat diskusi dan jelajah desa Kanreapia

Ratusan Mahasiswa Polbangtan Gowa Study Pertanian di Desa Kanreapia Tombolo Pao Gowa

  Sekitar 245 Mahasiswa Tk. I dan II program studi D-IV Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa melaksanakan kunjungan praktik lapangan di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao Malino Kabupaten Gowa (19/06).