Rumah Koran Wadah Mengeja Bagi Petani
Masih tingginya tingkat buta huruf bagi masyarakat desa
dan masyarakat petani menjadi latar belakang lahirnya Rumah Koran, rumah
belajar bagi petani. Yakni petani belajar mengeja, baca tulis menuju petani
yang tidak buta huruf.
Rumah Koran yang dulunya hanya rumah kandang Ayam dan
Bebek saat ini telah dimanfaatkan
menjadi rumah belajar dan diberi nama Rumah Koran.
Tingkat pendidikan petani rata – rata hanya lulusan SD
sebesar 75 %, dan hanya 1 % petani yang menyandang gelar S1, sehingga melalui
Rumah Koran perlahan dan pasti semuanya akan menjadi lebih baik.
Persentase keberhasilan Rumah Koran setidaknya telah
mampu menjadikan perbincangan bahwa pendidikan itu penting dan petani diarahkan
agar menjadi petani yang cerdas dan sadar akan pendidikan terutama generasi
mereka.
Petani mampu menanamkan rasa pentingnya berpendidikan,
agar para petani semangat menyekolahkan anak mereka bahkan mempunyai keinginan
yang kuat untuk membiayai anak mereka sampai ke perguruan tinggi.
Dimana selama ini petani masih lebih banyak yang tidak
peduli akan pendidikan anak mereka, sehingga untuk mampu berkompetisi secara
luas tentu akan dibatasi, dan ruang lingkup gerakan kepemudaan akan terbatas.
Melalui Rumah Koran, kegiatan – kegiatan pendidikan
setiap waktu ada, baik baca Koran, baca buku, diskusi, kegiatan Mahasiswa,
kegiatan penelitian, kegiatan penguatan kelembagaan petani, kegiatan Belajar
mengaji, kegiatan sekolah Alam dan kegiatan belajar mengenal huruf atau
mengeja.
Rumah Koran berada di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo
Pao Kabupaten Gowa, Rumah Koran tidak jauh beda dengan Rumah Baca, dan Rumah
pintar Lainnya yang ada di Indonesia, yang berbeda adalah Satu Rumah di penuhi
dengan Koran, baik dindin, tiang dll.
Sehingga secara tidak segaja petani bisa dengan mudah
untuk mengenal huruf dan mulai membaca karena satu rumah dipenuhi dengan berita
– berita.
Komentar
Posting Komentar